Laman

Rabu, 26 Oktober 2011

download music

1. PEE WEE GASKINS

2. ALONE AT LAST
 Alone At Last - Jiwa
 Unknown Album

3. GOODBOY BADMINTON
Goodboy badminton - semester t.mp3
Goodboy Badminton-kartu Mati.mp3
Goodboy Badminton - It's So Last Year Mixing.mp3

























Kamis, 20 Oktober 2011

BERITA LAMEJAJAR DAN CICENANG

SEJARAH SINGKAT KELURAHAN CICENANG

~ KELURAHAN CICENANG

Kelurahan Cicenang merupakan salah satu kelurahan dalam wilayah Kecamatan Cigasong, Kabupaten MAJALENGKA. Secara geografis terletak pada 6'49' Lintang Selatan dan 108'15' Bujur Timur. Luas wilayah kelurahan Cicenang adalah 246,235 Ha terdiri dari pemukiman, perkantoran, sekolah, tempat peribadatan, pesawahan, tegalan, dll. Jumlah penduduk kelurahan cicenang ada 4.374 Jiwa.
Kelurahan Cicenang disebelah Utara berbatasan dengan Desa Baribis dan Desa Kutamanggu, disebelah selatan berbatasan dengan kelurahan cigasong, disebelah timur berbatasan dengan kelurahan Simpeureum, Dan Disebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tonjong.

~ SEJARAH SINGKAT KELURAHAN CICENANG

Pada perkiraan abad ke-18 di jawa tengah, yaitu sebuah Kerajaan yang maha besar bernama MATARAM yang sempat mencapai kejayaannya sejak diperintah oleh SULTAN AGUNG, yang pendirian dan hatinya sangat benci kaum penjajah yang selalu merongrong kerajaan maupun masyarakat kerajaan Mataram pada zamannya.
Maka pada waktu sultan agung mengadakan perlawanan terhadap penjajah(BELANDA) langsung mengerahkan bala tentaranya untuk menyerang jakarta. Pusat komando penjajah yang pada waktu bernama BATAVIA. Dalam penyerangannya, bala tentara tersebut melengkapi dirinya dengan segala peralatan perangnya, Seperti: Tombak, pedang, keris, bambu rungcing, meriam (hasil rampasan maupun buatan sendiri). Dengan tekad yang bulat penyerangan ini ditujukan untuk mengusir penjajah dari tanah air indonesia Walaupun hanya memakai persenjataan yang sederhana. Maka dikirimkanlah bala tentara Mataram untuk menghancurkan VOC dengan melalui jalan darat (pegunungan) di sebelah pegunungan Majalengka Yaitu Gunung MARGATAPA.
Pada penyerangan pertama ini Sultan Agung tidak berhasil sebab kekurangan bahan makanan. Mereka mundur untuk kembali ke Mataram, tetapi diantaranya banyak prajurit Mataram itu tidak kembali ke Mataram. Akan tetapi mereka mencari tempat tinggal yang baru di sepanjang jalan. Salah seorang dari mereka ada yang singgah dan menetap di hutan yang banyak tumbuh berjajar pohon LAME.
Prajurit tersebut adalah EMBAH BUYUT JENGGOT ( karena berjenggot panjang ) yang makamnya terdapat di LAMEJAJAR dan tempat itu sekarang dinamakan Kampung / Lingkungan LAMEJAJAR.
Sultan Agung Raja Mataram merasa tidak puas dengan berhasilnya penyerangan ke Batavia tersebut. Sehingga ia menyusun kembali pasukan untuk menyerang yang kedua kalinya ke Batavia dengan perlengkapan ditingkatkan. Disepanjang jalan yang dilalui, didirikan lumbung padi sebagai persediaan makan prajurit, tetapi impiannya gagal. Sebab semua lumbung padi di bakar oleh tentara VOC. yang akhirnya tentara Mataram kehabisan makanan, mereka kembali mundur ke Mataram. Diantara sekian banyak prajurit tersebut, ada yang tidak mau kembali lagi ke Mataram. Tetapi singgah di pedukuhan Lamejajar menemui Embah Buyut Jenggot. Prajurit tersebut bernama pangeran Martaguna yang bermaksud membuka perkampungan baru yang tidak jauh dari lamejajar. Untuk maksud tersebut pangeran Martaguna dan Embah Buyut jenggot pergi mencari tempat tinggal. Dan pada suatu hari dilihatnya ada suatu cahaya yang memancar, kemudian mereka cari. Tetapi tidak mendapat apa-apa, hanya sumber air yang sangat bening yang tempat nya di kabuyutan Sirah Dayeuh. Maka disitulah pangeran Martaguna membuka tempat pemukiman yang baru. Dan tempat (pedukuhan) ini sekarang dinamakan CICENANG. Dan pangeran Martaguna ini merupakan kuwu atau kepala desa yang pertama. Dan hingga sampai sekarang yang ke-30.




KEKERINGAN DI PERSAWAHAN LAMEJAJAR

   MAJALENGKA, (KC).- Hektaran sawah di Kelurahan Cicenang dan Cipadung mengalami kekeringan dan dipastikan puso, aliran air dari irigasi Cigasong tidak bisa menjangkau sawah di Cicenang. Kekeringan tersebut termasuk areal sawah yang berada di pinggir kantor Penyuluh Pertanian Kecamatan Cigasong.
Kondisi tanaman padi yang baru ditanam dari persemaian setinggi  15 cm kering-kering, demikian juga tanaman yang sudah setinggi hingga 30 cm. Sementara tanah sawahnya retak-retak hingga mencapai 3 cm dengan kedalaman 15 cm.
Akibat tanaman kering sebagian petani berupaya memanfaatkan tanaman padi tersebut untuk pakan ternak sapi, ada juga yang membiarkan tanamannya mengering, serta sebagian lagi membabat tanaman begitu saja kemudian lahannya dipergunakan untuk membuat dan menjumur bata merah.
Menurut beberapa petani di Kelurahan Cicenang dan Kampung Lamejajar tanaman padi di wilayahnya tersebut tidak mendapat pasokan air sejak usia tanaman baru tiga hari, ada juga yang sudah berumur 15 hari.
Tanaman padi di Blok Bojong milik Sukanta (67 tahun) warga Lamejajar misalnya, tidak mendapat pasokan air sejak tanaman usia seminggu. Air dari bendung Cigasong tidak sampai di sawahnya karena terlalu jauh sementara debit air sangat kecil. Kalaupun menyedot dengan menggunakan pompa dari sungai Cikoronjo menurutnya jaraknya terlalu jauh, hingga kurang lebih 200 meter sementara airnya sendiri sangat kecil dan posisi sawahnya lebih tinggi disbanding posisi sungai.
Penyuluh Lapangan Pertanian Kelurahan Cicenang, Dadang Suhenda, ditemui di kantornya membenarkan adanya sejumlah areal sawah yang mengalami kekeringan. Hal itu terjadi akibat pasokan air dari Bendung Cigasong yang kurang. Padahal, saluran tersebut  satu-satunya sumber air yang diandalkan untuk mengairi areal sawah di sebagian wilayah Cicenang.
Menurut Dadang, ketika menggarap lahan,  para petani nekat menggarap sawahnya padahal mereka sudah diperingatkan untuk tidak melakukan tanam padi kalaupun memaksa, disarankan palawija sehingga lebih tahan karena tidak terlalu banyak membutuhkan air.
Sebetulnya, menurut Dadang, air sudah berupaya dialirkan ke areal sawah yang kini mengalami kekeringan, namun ternyata sulit karena areal sawah yang berada di wilayah hulu saja kekurangan air.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka, H. Idi Tjahidi ketika dikonfirmasi soal jumlah areal sawah yang mengalami kekeringan belum bisa memberikan penjelasan. Menurutnya, hingga kini masih terus didata dan laporannya belum masuk seluruhnya.(C-28).

Senin, 03 Oktober 2011

TENTANG MAJALENGKA

     MAJALENGKA
     
    alun-alun majalengka
     

    Sejarah

     Zaman Kerajaan Hindu di Talaga

     Pemerintahan Batara Gunung Picung

    Kerajaan Hindu di Talaga berdiri pada abad XIII Masehi, Raja tersebut masih keturunan Ratu Galuh bertahta di Ciamis, beliau adalah putera V, juga ada hubungan darah dengan raja-raja di Pajajaran atau dikenal dengan Raja Siliwangi. Daerah kekuasaannya meliputi Talaga, Cikijing, Bantarujeg, Lemahsugih, Maja dan sebagian Selatan Majalengka.Pemerintahan Batara Gunung Picung sangat baik, agam yang dipeluk rakyat kerajaan ini adalah agama Hindu.Pada masa pemerintahaannya pembangunan prasarana jalan perekonomian telah dibuat sepanjang lebih 25 Km tepatnya Talaga - Salawangi di daerah Cakrabuana.Bidang Pembangunan lainnya, perbaikan pengairan di Cigowong yang meliputi saluran-saluran pengairan semuanya di daerah Cikijing.Tampuk pemerintahan Batara Gunung Picung berlangsung 2 windu.Raja berputera 6 orang yaitu :- Sunan Cungkilak - Sunan Benda - Sunan Gombang - Ratu Panggongsong Ramahiyang- Prabu Darma Suci- Ratu Mayang KarunaAkhir pemerintahannya kemudian dilanjutkan oleh Prabu Drama Suci.

    Pemerintahan Prabu Darma Suci

    Disebut juga Pandita Perabu Darma Suci. Dalam pemerintahan raja ini Agama Hindu berkembang dengan pesat (abad ke-XIII), nama beliau dikenal di Kerajaan Pajajaran, Jawa Tengah, Jayakarta sampai daerah Sumatera. Dalam seni pantun banyak diceritakan tentang kunjungan tamu-tamu tersebut dari kerajaan tetangga ke Talaga, apakah kunjungan tamu-tamu merupakan hubungan keluarga saja tidak banyak diketahui.Peninggalan yang masih ada dari kerajaan ini antara lain Benda Perunggu, Gong, Harnas atau Baju Besi.Pada abad XIIX Masehi beliau wafat dengan meninggalkan 2 orang putera yakni:- Bagawan Garasiang - Sunan Talaga Manggung

    Pemerintahan Sunan Talaga Manggung

    Tahta untuk sementara dipangku oleh Begawan Garasiang,.namun beliau sangat mementingkan Kehidupan Kepercayaan sehingga akhirnya tak lama kemudian tahta diserahkan kepada adiknya Sunan Talaga Manggung.Tak banyak yang diketahui pada masa pemerintahan raja ini selain kepindahan beliau dari Talaga ke daerah Cihaur Maja.

    Pemerintahan Sunan Talaga Manggung

    Sunan Talaga Manggung merupakan raja yang terkenal sampai sekarang karena sikap beliau yang adil dan bijaksana serta perhatian beliau terhadap agama Hindu, pertanian, pengairan, kerajinan serta kesenian rakyat.Hubungan baik terjalin dengan kerajaan-kerajaan tetangga maupun kerajaan yang jauh, seperti misalnya dengan Kerajaan Majapahit, Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Cirebon maupun Kerajaan Sriwijaya.Beliau berputera dua, yaitu :- Raden Pangrurah - Ratu Simbarkencana Raja wafat akibat penikaman yang dilakukan oleh suruhan Patih Palembang Gunung bernama Centangbarang. Kemudian Palembang Gunung menggantikan Sunan Talaga Manggung dengan beristrikan Ratu Simbarkencana. Tidak beberapa lama kemudian Ratu Simbarkencana membunuh Palembang Gunung atas petunjuk hulubalang Citrasinga dengan tusuk konde sewaktu tidur.Dengan meninggalnya Palembang Gunung, kemudian Ratu Simbarkencana menikah dengan turunan Panjalu bernama Raden Kusumalaya Ajar Kutamanggu dan dianugrahi 8 orang putera diantaranya yang terkenal sekali putera pertama Sunan Parung.

    Pemerintahan Ratu Simbarkencana

    Sekitar awal abad XIV Masehi, dalam tampuk pemerintahannya Agama Islam menyebar ke daerah-daerah kekuasaannya dibawa oleh para Santri dari Cirebon.juga diketahui bahwa tahta pemerintahan waktu itu dipindahkan ke suatu daerah disebelah Utara Talaga bernama Walangsuji dekat kampung Buniasih.Ratu Simbarkencana setelah wafat digantikan oleh puteranya Sunan Parung.

    Pemerintahan Sunan Parung

    Pemerintahan Sunan Parung tidak lama, hanya beberapa tahun saja.Hal yang penting pada masa pemerintahannya adalah sudah adanya Perwakilan Pemerintahan yang disebut Dalem, antara lain ditempatkan di daerah Kulur, Sindangkasih, Jerokaso Maja.Sunan Parung mempunyai puteri tunggal bernama Ratu Sunyalarang atau Ratu Parung.

    Pemerintahan Ratu Sunyalarang

    Sebagai puteri tunggal beliau naik tahta menggantikan ayahandanya Sunan Parung dan menikah dengan turunan putera Prabu Siliwangi bernama Raden Rangga Mantri atau lebih dikenal dengan Prabu Puck Umum.Pada masa pemerintahannya Agama Islam sudah berkembang dengan pesat. Banyak rakyatnya yang memeluk aama tersebut hingga akhirnya baik Ratu Sunyalarang maupun Prabu Pucuk Umum memeluk Agama Islam. Agama Islam berpengaruh besar ke daerah-daerah kekuasaannya antara lain Maja, Rajagaluh dan Majalengka.Prabu Pucuk Umum adalah Raja Talaga ke-2 yang memeluk Agama IslamHubungan pemerintahan Talaga dengan Cirebon maupun Kerajaan Pajajaran baik sekali. Sebagaimana diketahui Prabu Pucuk Umum adalah keturunan dari prabu Siliwangi karena dalam hal ini ayah beliau yang bernama Raden Munding Sari Ageng merupakan putera dari Prabu Siliwangi. Jadi pernikahan Prabu Pucuk Umum dengan Ratu Sunyalarang merupakan perkawinan keluarga dalam derajat ke-IV.Hal terpenting pada masa pemerintahan Ratu Sunyalarang adalah Talaga menjadi pusat perdagangan di sebelah Selatan.

    Pemerintahan Rangga Mantri atau Prabu Pucuk Umum

    Dari pernikahan Raden Rangga Mantri dengan Ratu Parung (Ratu Sunyalarang) melahirkan 6 orang putera yaitu :- Prabu Haurkuning - Sunan Wanaperih - Dalem Lumaju Agung- Dalem Panuntun - Dalem Panaekan Akhir abad XV Masehi, penduduk Majalengka telah beragama Islam.Beliau sebelum wafat telah menunjuk putera-puteranya untuk memerintah di daerah-daerah kekuasaannya, seperti halnya :Sunan Wanaperih memegang tampuk pemerintahan di Walagsuji;Dalem Lumaju Agung di kawasan Maja;Dalem Panuntun di Majalengka sedangkan putera pertamanya, Prabu Haurkuning, di Talaga yang selang kemudian di Ciamis. Kelak keturunan beliau banyak yang menjabat sebagai Bupati.Sedangkan dalem Dalem Panaekan dulunya dari Walangsuji kemudian berpindah-pindah menuju Riung Gunung, sukamenak, nunuk Cibodas dan Kulur.Prabu Pucuk Umum dimakamkan di dekat Situ Sangiang Kecamatan Talaga.

    Pemerintahan Sunan Wanaperih

    Terkenal Sunan Wanaperih, di Talaga sebagai seorang Raja yang memeluk Agama Islam pun juga seluruh rakyat di negeri ini semua telah memeluk Agama Islam.Beliau berputera 6 orang, yaitu :- Dalem Cageur - Dalem Kulanata - Apun Surawijaya atau Sunan Kidul- Ratu Radeya - Ratu Putri - Dalem Wangsa GoparanaDiceritakan bahwa Ratu Radeya menikah dengan Arya Sarngsingan sedangkan Ratu Putri menikah dengan putra Syech Abu Muchyi dari Pamijahan bernama Sayid Ibrahim Cipager.Dalem Wangsa Goparana pindah ke Sagalaherang Cianjur, kelak keturunan beliau ada yang menjabat sebagai bupati seperti Bupati Wiratanudatar I di Cikundul. Sunan Wanaperih memerintah di Walangsuji, tetapi beliau digantikan oleh puteranya Apun Surawijaya, maka pusat pemerintahan kembali ke Talaga. Putera Apun Surawijaya bernama Pangeran Ciburuy atau disebut juga Sunan Ciburuy atau dikenal juga dengan sebutan Pangeran Surawijaya menikah dengan putri Cirebon bernma Ratu Raja Kertadiningrat saudara dari Panembahan Sultan Sepuh III Cirebon.Pangeran Surawijaya dianungrahi 6 orang anak yaitu - Dipati Suwarga-Mangunjaya - Jaya Wirya - Dipati Kusumayuda - Mangun Nagara - Ratu Tilarnagara Ratu Tilarnagara menikah dengan Bupati Panjalu (Kerajaan Panjalu Ciamis) yang bernama Pangeran Arya Sacanata yang masih keturunan Prabu Haur Kuning. Pengganti Pangeran Surawijaya ialah Dipati Suwarga menikah dengan Putri Nunuk dan berputera 2 orang, yaitu :- Pangeran Dipati Wiranata- Pangeran Secadilaga atau pangeran RajiPangeran Surawijaya wafat dan digantikan oleh Pangeran Dipati Wiranata dan setelah itu diteruskan oleh puteranya Pangeran SecanataEyang Raga Sari yang menikah dengan Ratu Cirebon mengantikan Pangeran Secanata. Arya Secanata memerintah ± tahun 1962; pengaruh V.O.C. sudah terasa sekali. Hingga pada tahun-tahun tersebut pemerintahan di Talaga diharuskan pindah oleh V.O.C. ke Majalengka. Karena hal inilah terjadi penolakan sehingga terjadi perlawanan dari rakyat Talaga.Peninggalan masa tersebut masih terdapat di museum Talaga berupa pistol dan meriam.

    Keadaan alam Kota Majalengka

    Geologi

    Menurut keadaan geologi yang meliputi sebaran dan struktur batuan, terdapat beberapa batuan dan formasi batuan yaitu Aluvium seluas 17.162 Ha (14,25%), Pleistocene Sedimentary Facies seluas 13.716 Ha (13,39%), Miocene Sedimentary Facies seluas 23,48 Ha (19,50%), Undiferentionet Vulcanic Product seluas 51.650 Ha (42,89%), Pliocene Sedimentary Facies, seluas 3.870 Ha (3,22%), Liparite Dacite seluas 179 Ha (0,15%), Eosene seluas 78 Ha (0,006%), Old Quartenary Volkanik Product seluas 10.283 Ha (8,54%). Jenis-jenis tanah di Kabupaten Majalengka ada beberapa macam, secara umum jenis tanah terdiri atas Latosol, Podsolik, Grumosol, Aluvial, Regosol, Mediteran, dan asosianya. Jenis-jenis tanah tersebut memegang peranan penting dalam menentukan tingkat kesuburan tanah dalam menunjang keberhasilan sektor pertanian.

    Morfologi

    Keadaan morfologi dan fisiografi wilayah Kabupaten Majalengka sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh perbedaan ketinggian suatu daerah dengan daerah lainnya, dengan distribusi sebagai berikut :
    • Morfologi dataran rendah yang meliputi Kecamatan Kadipaten, Panyingkiran, Dawuan, Jatiwangi, Sumberjaya, Ligung, Jatitujuh, Kertajati, Cigasong, Majalengka, Leuwimunding dan Palasah. Kemiringan tanah di daerah ini antara 5%-8% dengan ketinggian antara 20-100 m di atas permukaan laut (dpl), kecuali di Kecamatan Majalengka tersebar beberapa perbukitan rendah dengan kemiringan antara 15%-25%.
    • Morfologi berbukit dan bergelombang meliputi Kecamatan Rajagaluh dan Sukahaji sebelah Selatan, Kecamatan Maja, sebagian Kecamatan Majalengka. Kemiringan tanah di daerah ini berkisar antara 15-40%, dengan ketinggian 300-700 m dpl.
    • Morfologi perbukitan terjal meliputi daerah sekitar Gunung Ciremai, sebagian kecil Kecamatan Rajagaluh, Argapura, Talaga, sebagian Kecamatan Sindangwangi, Cingambul, Banjaran, Bantarujeg dan Lemahsugih dan Kecamatan Cikijing bagian Utara. Kemiringan di daerah ini berkisar 25%-40% dengan ketinggian antara 400-2000 m di atas permukaan laut.

    Cuaca dan iklim

    Curah hujan tahunan rata-rata di Kabupaten Majalengka berkisar antara 2.400 mm-3.800 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan sebanyak 11 hari/bulan. Angin pada umumnya bertiup dari arah Selatan dan tenggara, kecuali pada bulan April sampai dengan Juli bertiup dari arah Barat Laut dengan kecepatan antara 3-6 knot (1 knot =1.285 m/jam).

    Hidrologis

    Dari aspek hidrologis di Kabupaten Majalengka mempunyai beberapa jenis potensi sumber daya air yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Potensi sumber daya air tersebut meliputi:
    1. Air permukaan, seperti mata air, sungai, danau, waduk lapangan atau rawa,
    2. Air tanah, seperti sumur bor dan pompa pantek dan air hujan. Sungai yang besar di antaranya adalah Cilutung, Cideres, Cikeruh, Ciherang, Cikadondong, Ciwaringin, Cilongkrang, Ciawi dan Cimanuk.

    Minyak dan gas bumi

    Berdasarkan data dari Pertamina Eksplorasi dan Produksi Karang Ampel, bahwa potensi bahan minyak dan gas bumi di Kabupaten Majalengka meliputi 14 buah sumur minyak. Sisa cadangan total pasti minyak bumi mencapai 73.46.168 MSTB, sedangkan sisa cadangan total pasti gas alam mencapai 81.088,10 MMSCF.